Apa yang sebaiknya dilakukan setelah pensiun?

Beberapa kali saya mendapat pertanyaan, baik secara langsung, maupun melalui email. Mungkin karena saya telah menjalani masa pensiun sejak akhir 2007, dianggap layak memberikan pendapat. Padahal saya juga tak punya keahlian untuk memberikan jawaban. Namun saya akan mencoba menuliskannya di sini, dari hasil beberapa kali mengikuti pelatihan, karena saat memimpin Diklat, pelatihan tentang kewirausahaan untuk para karyawan yang akan menyelesaikan masa tugas, dilakukan terus menerus sepanjang tahun.

Mengapa tetap perlu melakukan kegiatan?
Tentu saja, setelah masa pensiun, kita tetap harus aktif melakukan kegiatan, entah berupa kegiatan sosial, ataupun kegiatan yang dapat menambah nilai ekonomi. Kegiatan ini juga memungkinkan kita ketemu dengan banyak orang, sehingga ada interaksi, dan punya bahan yang didiskusikan. Sesuai penjelasan psikolog, dan para pakar lainnya, orang yang telah pensiun harus tetap aktif menggunakan otaknya, agar memperlambat penyakit pikun. Apakah memperlambat penyakit pikun dapat dilakukan dengan membaca? Ternyata jawabannya adalah tidak, karena jika hanya membaca, maka itu merupakan kegiatan pasif. Kegiatan yang dikategorikan melatih otak, antara lain mengulang isi tulisan yang dibaca tadi, dengan menuliskannya kembali atau mendongengkannya pada orang lain.
“Pantesan, bapak suka bercerita ya bu, mungkin maksudnya untuk melatih otak,” celetuk si bungsu yang saat itu saya ajak ikut pelatihan.
“Ya, enggak nduk, kan bapak menjadi dosennya masih lama, karena umur pensiun dosen 65 tahun sedang umur pensiun ibu 55 tahun,” jawab saya.
“Wah susah ya, mosok ibu harus mendongeng lagi, apa dongeng cinderela lagi?” tanya si bungsu.
“Lha, kamu masih mau nggak kalau tiap malam didongengi cinderela oleh ibu, biar ibu nggak pikun?” tanya saya.
Si bungsu hanya tersenyum geli, mungkin membayangkan akan didongengi ibu cerita cinderela. Ya, itu cerita dua tahun lalu, saat saya mau menghadapi masa persiapan pensiun. Di perusahaan saya, ada masa persiapan pensiun selama setahun, kita sudah tidak aktif bekerja, tapi masih dibayar penuh. Diharapkan dalam masa setahun ini, kita sudah mempunyai pilihan apa yang akan dilakukannya setelah pensiun yang sebenarnya terjadi.

Pilihan kegiatan apa yang akan kita lakukan?
Tentu saja pilihan bidang kegiatan apa yang harus kita lakukan, sangat tergantung pada sifat dan kompetensi masing-masing. Yang harus diingat adalah umur tidak muda lagi, sehingga jangan memilih pekerjaan yang ber risiko tinggi. Jadi, kalaupun memilih ber wirausaha, sebaiknya memilih yang sederhana, dimulai dari kecil, sehingga akan mengenal risiko dan suka dukanya sejak awal. Jangan langsung memulai usaha dengan modal besar, karena kalau rugi, bukan kesenangan yang diperoleh, malah akan terbaring di rumah sakit karena stroke.

Ada beberapa teman yang memulai wirausaha sejak 5 tahun sebelum pensiun, dan ini yang benar. Apalagi jika memulai usaha pada umur 45 tahun. Selain anak-anak sudah cukup besar, juga modal telah cukup terkumpul. Masalahnya, pada umur seperti itu, kita lagi sibuk2nya meniti karir, mungkin malah sudah punya jabatan yang tak memungkinkan ditinggal untuk memikirkan usaha lain. Bahkan pada umur seperti itu, saya pulang kerumah di atas jam 9 malam, dan sering bepergian ke luar kota. Kita juga harus memahami, memulai usaha baru, membutuhkan perhatian ekstra, tak bisa ditinggal-tinggal.

Bagaimana cara menentukan pilihan pekerjaan yang dilakukan setelah pensiun?
Dalam jawabanku pada salah satu teman blog yang menanyakan hal ini, saya menyarankan untuk melakukan SWOT analysis. Apa kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity) dan kendalanya (Threat). Hal ini pula yang saya lakukan sebelum saya memutuskan, kegiatan apa yang saya lakukan setelah pensiun. Untuk menentukan pilihan ini, dapat dibantu oleh anak, atau suami/isteri, karena kadang kita tak bisa menilai diri kita sendiri.

Saat itu, saya dan suami mulai memikirkan dari segi biaya operasional rumah tangga yang harus dikeluarkan minimal setiap bulan, biaya untuk anak-anak melanjutkan kuliah (syukur bisa sampai S2), kelemahan fisik saya, dan kemampuan apa yang bisa digali. Juga kegiatan ini harus disenangi, agar kita melakukannya dengan gembira. Akhirnya disepakati, pekerjaan yang akan saya lakukan, adalah pekerjaan yang tak terlalu melelahkan secara fisik. Kebetulan saya memang sejak lama telah menjadi staf pengajar profesional (tidak tetap) di suatu lembaga pendidikan, jadi setelah MPP (Masa Persiapan Pensiun), saya kadang-kadang mengajar di lembaga tersebut, apabila materi yang diperlukan sesuai dengan kompetensi saya.

Teman saya, setahun sebelum pensiun, membangun semacam peristirahatan, ada kolam pemancingan, dan menjual berbagai tanaman hias di daerah Kaliurang. Hasil pengamatan saya, kolam pemancingannya banyak dikunjungi orang, terutama hari Sabtu Minggu. Sedang teman yang lain, membuka restoran di wilayah Bandung, dan teman lainnya membuka toko yang menjual pakaian dan barang keperluan wanita di ITC Bandung. Ada juga teman yang membuka tempat kost-kost an, karena kebetulan rumahnya dekat dengan kampus universitas negeri, dan berbagai perguruan tinggi lain di kota nya. Tentu saja, semua ini harus disesuaikan kondisi kemampuan suami isteri. Teman yang membuka restoran, isterinya memang suka memasak, sehingga walau dia mempekerjakan koki, tetap sang majikan bisa memonitor rasanya. Namun diantara semuanya, ada juga yang hanya melakukan kegiatan sosial, dan mereka terlihat bahagia.

Jadi, pada prinsipnya adalah melakukan kegiatan dengan hati riang, baik yang bersifat sosial, maupun ada nilai ekonomi. Untuk yang mulai usaha saat sudah berumur, sebaiknya usaha dimulai dari kecil sehingga risikonya tak terlalu besar jika terjadi kegagalan.

Semoga ini dapat membantu bagi teman-teman yang bertanya lewat email, maaf jika jawaban dan postingan ini belum memuaskan. Mudah2an ada teman-teman yang mau menambahkan pendapat atau sharing pengalaman disini, baik bagi yang telah mengalami masa pensiun, atau dari pengamatan terhadap ayah/ibu atau saudara lain, yang aktif melakukan kegiatan setelah pensiun.

by Fachruddin M. Dani

http://kabepiilampungcom.wordpress.com/2009/10/28/apa-yang-sebaiknya-dilakukan-setelah-pensiun/