Sementara ini istirahat saja. Itulah
yang dikatakan seorang kerabat ketika menjawab pertanyaan apa kegiatannya
sekarang. Kerabat itu baru saja memasuki masa pensiun. Terlihat ada kesan
sedikit kurang nyaman diwajahnya sewaktu mendapat pertanyaan itu.
Saya sendiri juga pernah mengalami
hal itu. Setiap kali bertemu seseorang, pertanyaannya selalu sama. Setelah
memasuki pensiun, apa kegiatan. Bahkan isteri saya pernah sewot menghadapi
seorang kerabatnya yang sangat ingin tahu aktivitas saya dimasa pensiun. Juga,
sangat bersemangat memberi saran tentang perlunya bekerja / berusaha.
Saya tidak berusaha menanggapi
pertanyaan itu dengan serius. It’s my bizniz, not your’s. Jika ada yang
bertanya, akan saya jawab dengan enteng saja:” Makan, tidur dan jalan-jalan”.
Jika pertanyaan masih berlanjut, saya katakan berkebun, menanam cabe dan
sayuran. Jika masih berlanjut, saya katakan, berkebun di polibag disamping
rumah. Cabe beberapa pohon, tomat ada beberapa, dsb. Biasanya sampai
disini penanya berhenti bertanya. Menanam cabe dan tomat di polibag itu memang
saya lakukan. Tapi, jumlahnya tidak banyak.
Dengan seringnya pertanyaan itu
datang, saya jadi berfikir, apakah pensiunan itu masih dituntut untuk memiliki
kegiatan? Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan/usaha yang memberi penghasilan
tambahan. Menurut saya, pertanyaan seperti ini dapat berpengaruh negatif.
Artinya, orang-orang yang akan memasuki pensiun perlu berusaha keras
mempersipkan sebuah kegiatan/usaha dimasa pensiun nanti agar dianggap tetap
eksis. Jika persiapan itu ditempuh dengan jalan yang benar (halal) boleh-boleh
saja. Bahkan cukup bagus. Tetapi, jika dilakukan dengan menghalalkan segala
cara, jelas salah.
Jika dilihat dari sisi negatifnya,
pemikiran agar memiliki kegiatan/usaha setelah masuk masa pensiun, dapat
menjadi motivasi kearah tindakan tidak baik. Apalagi jika kegiatan/usaha itu
dikaitkan dengan modal yang besar.
Memiliki kegiatan dimasa pensiun
tentu saja bagus. Apalagi jika tuntutan kebutuhan keluarga masih banyak.
Misalnya untuk biaya pendidikan anak-anak. Namun, kegiatan itu tidak harus
berbentuk usaha/pekerjaan yang berhubungan dengan penambahan penghasilan berupa
materi saja. Menurut saya, jauh lebih penting adalah usaha mempersiapkan diri
menghadapi kehidupan di episode berikutnya. Orang cerdas akan berusaha
keras mempersiapkan diri menghadapi perjalanan panjang setelah kehidupan
singkat di dunia ini. Juga bukan sebuah kecerdasan jika menunggu
pensiun, baru mulai mempersiapkan diri sungguh-sungguh.
Kesibukan mempersiapkan diri
menghadapi kehidupan setelah kehidupan di dunia ini berakhir, tidak perlu
menjadi jawaban atas pertanyaan “apa kegiatan sekarang”. Nikmati saja masa
pensiun itu dengan berbagai keindahannya. Keindahan itu ada didalam diri
sendiri ketika berkemas-kemas untuk menempuh perjalanan panjang.
Tengku Chairul
Fahmi.
http://minon-wacana.blogspot.com/2012/02/aktivitas-di-masa-pensiun.html